SEJARAH DESA TANGGUWISIA
Orang yang pertama datang ke daerah sebelah barat Sungai Mendaum adalah seorang brahmana dari Griya Banjar, yang diiringi oleh beberapa sisia. Tanah sebelah barat Sungai Mendaum pada waktu itu berupa hutan yang ditumbuhi kayu ketapang dan duri belatung.
Perlu diketahui bahwa tanah yang ada pada waktu itu besifat angker (baya, mnamun romvongan itu berhasil membuka sebuah areal pertamna yang subur. Lama-kelamaan banyaklah penduduk yang dating, ada yang berasal dari air panas, dari dura desa. Dengan demikian terbentuklah sebuah kelompok desa kecil yang mula-mula diberi nama Tanggabaya ( daerah angker= berbahaya (baya)).
Setelah berjalan beberapa tahun, desa Tanggubaya semakin banyak didatangi oleh penduduk dan menetap dengan rukun di tempat ini. Karena itu dibangunlah mula-mula sebuah tempat ibadah yaitu Merajan Gede yaitu penyungsungan pusat Brahmana kemudian Pura Munduk. Melihat situasi yang demikian pada Desa Tanggubaya, maka ada suatu perintah (bebawos) dari Geriya Banjar bahwa sem8a daerah sebelah barat Sungai Mendaum diserahkan ke Pengastulan yang pada saat itu dikendalikan oleh tokoh-tokoh sisia Jro Pengastulan. Melihat kleadaan desa semakin rukun,aman, damai, dan penduduk bertambah banyak, maka sisia Jro Pengastulan mengusulkan ke Griya Banjar agar ada sulinggih di Desa Tanggabaya. Permohonan sisia itu dikabulkan lalu dari griya Banjar dikirim seorang sulinggih yang diiringi sisia lengkap. Mulai saat itu, disusunlah suatu pemerintahan desa (perbekelan) atas hasil musyawarah dsea itu dengan memberikan (mepaica) pura munduk kepada para sisia sebagai pura desa, kemudian para sisia semua selanjutnya membangun puera Dalem bersama-sama secara bergotobng royong.
Karena pemerintahan sudah tersusun baik, tertib, rukun dan aman, maka Desa Tanggabaya sesuai dengan hasdil musyawarah diganti menjadi desa Tangguwisia ( berasal dari banyak sisia= pajak= wisia).